MANADO–Puncak Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2023 di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mendapat perhatian Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin, yang hadir langsung pada Kick-Off Piloting Kesehatan Jiwa Masyarakat di Hotel Aryaduta Manado, Jumat (27/10/2023).
Menkes menyampaikan pesan dan harapan, pasca pilkada serentak 2024 nanti, kesehatan mental para calon legislatif pasca pilkada terjaga dengan baik.
“Saya percaya habis pilkada Manado, adalah yang paling rendah gangguan jiawanya,” ungkapnya.
Secara rinci, Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pentingnya mental health atau kesehatan jiwa yang harus dijaga.
Menurutnya, anxiety diorder yang merupakan gangguan mental menyebabkan rasa cemas dan takut berlebih, depresi, bipolar serta penyakit gangguan mental lainnya membutuhkan penanganan dengan strategi yang meyasar orang sehat.
“Saat ini banyak masyarakat yang kena mental health, anxiety, cemas, depresi, manik dan bipolar dengan emosi yang melompat-lompat. Menyikapi kondisi ini, saya sebagai orang kesehatan, bukan hanya fokus bagaimana strategi untuk menyembuhkan orang yang sakit. Tetapi harusnya menjaga orang yang sehat supaya tidak sakit,” tuturnya.
Menjaga orang agar tetap sehat secara promotif dan preventif, sebut Menkes harus dikejar. Karena anggaran kesehatan itu, idealnya bukan untuk diberikan ke rumah sakit.
“Anggaran kesehatan itu, harusnya diberikan ke Puskesmas dan Posyandu bukan ke rumah sakit. Karena kalau strategi ini diterapkan ke hilir kita terlambat, sebab akan membutuh dana yang mahal,” jelas Menkes sembari menambahkan bahwa yang perlu dilakukan bagaimana orang yang sehat tidak sampai sakit jiwa.
“Mendidik rakyat Indonesia mulai dari hulu, karena penyakit jiwa itu penyebabnya, bisa dari eksternal, contohnya ada teman teman suka mem-bully. Nah, orang tua perlu mengajari anak-anak untuk hidup cuek. Karena kalau tidak tahan bisa depresi dan anxiety,” ujar Menkes.
Begitu juga dengan calon legislatif (caleg), Menkes berharap dapat menghadapi kontestasi seperti layaknya bertanding main basket.
“Caleg yang bertanding hadapi layaknya sedang main basket saja. Ingat orang yang tergganggu mentalnya umur lebih pendek,” ujarnya.
Dia juga menegaskan, semua rumah sakit umum, harus ada penanganan untuk jiwa.
“Semua rumah sakit umum harus ada layanan rawat jiwa. Setelah dirawat obati, selanjutnya kembali ke keluarga, rangkul mereka sebagai bagian dari keluarga,” tukasnya.
Untuk merealisasi program tersebut, sesuai rencana Menkes untuk membawa ahli dari World Health Organization (WHO), yang akan memberikan contoh model negara berkembang dari model layanan mental health dari keluarga dan rumah sakit.
“Dengan inilah kita dapat menyelesaikan melalui identifikasi, harus inklusif tidak boleh eksklusif. Penanganan kesehatan mental harus menjadi gerakan semua masyarakat yang berparsipasi di dalamnya,” imbuhnya.
Wakil Gubernur Sulut Steven OE Kandouw menyambut baik seluruh jajaran Kementerian Kesehatan yang mendukung pelaksanaan piloting model layanan kesehatan jiwa masyarakat di Kota Manado,
sebagai bagian transformasi layanan kesehatan.
“Pemerintah Provinsi Sulut memberikan perhatian yang besar untuk sektor kesehatan, alokasi dananya mencapai 30 persen,” sebut Kandouw.
Adanya kebijakan baru terkait pernyataan WHO, bahwa tidak ada lagi rumah sakit jiwa, Kandouw menyikapinya dengan positif, mengingat saat ini sudah ada RSJ Ratumbuysang.
“Justru ini akan kita tingkatkan rumah sakitnya menjadi rumah sakit umum plus jiwa,” ujarnya.
Para pasien dengan gangguan jiwa, menurut Kandouw, merupakan bagian dari anak-anak bangsa yang memiliki hak untuk dilindungi.
“Semoga momentum ini menjadi telad dan ikhtiar anak-anak bangsa yang sakit jiwa, sehingga mereka punya hak-hak yang harus kita lindungi,” ujar Kandouw.
Di sisi lain, Kandouw berharap ada perhatian pemerintah pusat dengan minimnya fasilitas di rumah sakit jiwa. Sebab, menurut amatannya, setiap hari pasien yang berkunjung mencapai ratusan. Belum lagi ditambah dengan keluarga yang mendampingi.
“Setiap hari ada 150-an pasien plus keluarga, ditambah 100-an yang dirawat, juga pasien yang tidak lagi dikunjungi keluarga, bisa mencapai 500-an.
Menyikapi kondisi kini, kiranya pemerintah pusat dapat memberikan kita rumah susun, supaya dapat menampung anak-anak bangsa yang sakit untuk ditampung,” tutur Kandouw.
Kondisi pasien dengan gangguan kejiwaan, katanya, sempat membuatnya trenyuh.
“Terus terang kondisi ini membuat saya terenyuh, sehingga penting untuk kita kembali mereview lagi rias map kejiwaan,” tambahnya.
Kandouw juga prihatin dengan situasi saat ini, khususnya orang-orang yang toxic yang sarat dengan fitnah bahkan orang yang merasa sakit hati dengan kesuksesan orang lain.
“Banyak di sekitar kita orang yang seperti ini, sakit jiwa, sehingga hidupnya dipenuhi fitnah dan sakit hati,” tandasnya.
Turut hadir, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI, Dr dr Maxi Rein Rondonuwu DHSM MARS, jajaran direktur rumah sakit dan kalangan medis se Sulut.(tha)