Merdeka Sejati : Membangun Indonesia dari Basis Keluarga

Foto Rosdalina Bukido

Prof. Dr. Rosdalina Bukido, M.Hum.

Dekan Fakultas Syariah IAIN Manado

Manado-Kemerdekaan Republik Indonesia telah dirasakan oleh masyarakat selama 78 tahun lamanya. Hal ini berarti 22 tahun lagi Indonesia akan memasuki 1 abad kemerdekaan. Kemerdekaan yang diperoleh oleh bangsa Indonesia telah mengorbankan jiwa dan raga para pahlawan kita. Masyarakat Indonesia sekarang ini telah menikmati hasil perjuangan yang telah ditorehkan oleh pendahulu kita. Oleh karenanya sudah barang tentu tugas seluruh elemen bangsa untuk bersatu padu dalam mengisi kemerdekaan tersebut dengan berbagai cara.

Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaian perjuangan yang panjang dan didukung oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berdasarkan nasionalisme maupun semangat keagamaan, (Susilo, 2018). Nasionalisme perjuangan tersebut berasal dari lapisan masyarakat dari berbagai suku, agama, budaya bahkan adat istiadat. Perjuangan kemerdekaan tidak melihat dari mana dan siapa pun dia. Akan tetapi perjuangan untuk merdeka ini adalah tanggung jawab dan panggilan hati nurani dari berbagai elemen.

Elemen bangsa yang bersatu telah menghasilkan buah perjuangan yakni kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945. Hal ini patut disyukuri oleh bangsa Indonesia karena telah terlepas dari kungkungan para penjajah.
Salah satu peran yang penting dalam membangun Indonesia sebagai wujud nyata terhadap kesyukuran kemerdekaan tersebut adalah melalui keluarga. Keluarga merupakan unsur terkecil di masyarakat yang memiliki peran yang sangat kuat terhadap pembentukan jati diri, nilai, karakter dan perilaku anggotanya.

Keluarga adalah pondasi yang kuat di masyarakat terhadap perwujudan Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Sebuah keluarga yang harmonis, yang dibangun dengan pendidikan nilai dan etika tentunya dapat melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang bisa berkiprah terhadap agama, bangsa dan negara.
Keluarga merupakan elemen dasar bagi sosialisasi nilai-nilai dalam pendidikan. Keluarga menjadi pilar utama dalam melaksanakan sosialisasi kehidupan, di dalamnya ada anggota-anggota yang saling bekerja sama.

Proses pendidikan akan berjalan seimbang dan berkeseimbangan apabila masyarakat ikut bertanggung jawab atas berlangsungnya pendidikan (Suhaeny, 2020).
Membangun Indonesia menuju merdeka sejati yang dimulai dengan basis keluarga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Pendidikan Nilai dan Etika: Keluarga harus menjadi tempat pertama di mana nilai-nilai etika, moral, dan kebaikan diajarkan. Orang tua perlu memberikan contoh positif dan berkomunikasi dengan anak-anak tentang pentingnya integritas, empati, kerja keras, dan tanggung jawab.

Keluarga adalah sekolah pertama dan utama bagi pembentukan nilai dan etika anak di rumah. Pola komunikasi yang dibangun di atas norma sopan santun tentunya melahirkan generasi yang berakhlak mulia. Generasi yang memiliki pendidikan yang berdampak positif terhadap lingkungan sekitarnya dimana berbeda budaya dan latar belakang lainnya.
Komunikasi Terbuka: Membangun hubungan yang kuat dalam keluarga memerlukan komunikasi yang terbuka. Orang tua harus merangkul komunikasi yang jujur, mendengarkan anak-anak dengan penuh perhatian, dan memahami perasaan serta kebutuhan mereka (Lickona, 2019). Bentuk komunikasi sekarang ini tidak hanya melalui hubungan langsung bertatap muka dengan anggota keluarga, akan tetapi juga bisa dilakukan melalui teknologi.

Padatnya aktivitas kerja orang tua terkadang membuat hubungan langsung dengan anak-anak mereka jarang dilakukan. Orang tua sibuk mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga, sementara anak kadang dititipkan ke baby sitter di rumah. Demikian juga, orang tua terkadang menitipkan di tempat penitipan anak. Pola ini terpaksa dilakukan oleh orang tua, mengingat tugas sebagai orang tua untuk menafkahi anak-anak dan persiapan masa depan mereka juga adalah hal yang sangat penting. Oleh karenanya, komunikasi tetap harus dibuka dalam situasi atau dalam bentuk yang disepakati bersama. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan anak-anak sebagai anggota keluarga itu dapat terwujud.

Pendidikan Karakter dan Pentingnya Pendidikan: Pendidikan karakter merupakan salah satu agenda penting bagi bangsa Indonesia, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara tercermin pentingnya karakter menjadi ruh pendidikan, menjadi pilar-pilar karakter bangsa yang harus dibentuk melalui pendidikan, (Pasandaran, 2017). Mengajarkan karakter positif seperti rasa hormat, kesabaran, toleransi, dan rasa syukur adalah bagian penting dari pembentukan generasi yang berkualitas. Ini bisa dilakukan melalui cerita, contoh nyata, dan diskusi dalam keluarga.

Mendorong pendidikan yang baik adalah investasi jangka panjang dalam masa depan anak-anak. Dukungan emosional dan materi dalam menghadapi tantangan belajar akan memberikan rasa percaya diri kepada generasi muda.
Menurut Baharun (2016) pendidikan merupakan ladang investasi terbesar dalam membangun dan membentuk manusia yang seutuhnya. Sentuhan pendidikan diyakini mampu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang beradab dan berkualitas. Keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan cita-cita tersebut. Keluarga sebagai lembaga pendidikan memiliki fungsi yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, sosial, sikap keagamaan anak. Kesalahan interaksi dalam keluarga yang dikarenakan kurang optimalnya anggota keluarga dalam melaksanakan peran dan fungsinya masing-masing dapat menimbulkan berbagai permasalahan dalam keluarga.

Inklusivitas dan Keanekaragaman: Membangun kesadaran tentang keberagaman budaya, agama, dan latar belakang di dalam keluarga membantu menciptakan generasi yang inklusif dan toleran. Akhmadi, (2019) Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya dengan sifat kemajemukannya. Keragaman mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya. Dalam masyarakat multibudaya yang demikian, sering terjadi ketegangan dan konflik antar kelompok budaya dan berdampak pada keharmonisan hidup.
Dalam rangka mewujudkan kemerdekaan yang inklusif dan berlandaskan pada keberagaman, penting untuk mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM).

Melalui pendekatan ini, suatu negara dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan semua warganya untuk hidup dengan damai, berkontribusi secara produktif dan merayakan perbedaan satu sama lain.
Keterlibatan Positif dalam Komunitas: Melibatkan keluarga dalam kegiatan sosial dan komunitas mengajarkan pentingnya memberi kembali dan merawat orang lain. Bentuk keterlibatan di masyarakat dalam kegiatan sosial, kegiatan keagamaan bahkan pada kegiatan politik. Pelibatan keluarga pada berbagai aktivitas di luar rumah dapat memberikan manfaat positif.

Membuka cara berfikir, manambah wawasan dan cara pandang terhadap kondisi bangsa dan negara, serta menambah komunitas pergaulan berbagai lintas agama, suku dan budaya yang berbeda. Komunitas positif di luar lingkungan keluarga inilah menjadi sebuah wadah membangun Indonesia dari aspek pergaulan di masyarakat.
Keterampilan Hidup: Keterampilan atau skill adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipungkiri harus dimiliki bahkan dikuasai oleh setiap individu. Mengajarkan keterampilan praktis seperti memasak, mengelola keuangan, dan berkomunikasi dengan efektif dapat membekali anak-anak untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Tantangan zaman dewasa ini dengan berbagai lintas generasi yang telah dilewati menunjukkan bahwa dunia telah berubah, dunia membutuhkan ide-ide, gagasan-gagasan yang konstruktif serta keterampilan yang mumpuni.
Keterampian yang mumpuni bagi anak dapat dilakukan melalui penemuan bakat dan minat anak. Orang tua sebagai basis pendidikan keluarga perlu memperhatikan bakat alami anak-anak mereka. Berikan kesempatan kepada mereka untuk mencoba dan mengeksplor bakat dan minatnya dengan berbagai aktivitas. Orang tua dalam posisi ini hanyalah sebagai pengawas terhadap aktivitas mereka. Mendorong kreativitas anak dengan memberikan kesempatan untuk berfikir kreatif merupakan pendidikan non formal yang mesti dilakukan oleh setiap orang tua.

Cinta dan Kasih Sayang: Memberikan cinta, perhatian, dan rasa aman kepada anggota keluarga adalah dasar utama untuk membangun hubungan yang sehat dan mendukung perkembangan positif. Menanamkan cinta dan kasih sayang terhadap anak merupakan bagian penting terhadap perkembangan mereka secara holistik. Cinta dan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah wujud nyata yang diberikan terhadap pembentukan pondasi keluarga yang kuat. Dampak dari cinta dan kasih sayang tersebut berpengaruh pada perilaku anak, bergaul dengan lingkungan sekitarnya bahkan sampai pada lingkungan yang luas pun.

Membangun Indonesia dengan semangat merdeka lebih baik dimulai dari tingkat keluarga. keluarga untuk menjadi tempat di mana anak-anak belajar menghormati keberagaman budaya, nilai-nilai lingkungan, dan prinsip-prinsip keadilan (Sukiyat & others, 2020) ditambah dengan menanamkan nilai-nilai positif, keterampilan dan dukungan yang diperlukan, keluarga dapat berkontribusi secara signifikan dalam membentuk generasi yang berintegritas, penuh kasih dan berdaya.(**)

Referensi

Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in Indonesia ’ S Diversity. Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45–55.
Baharun, H. (2016). Pendidikan Anak dalam Keluarga: Telaah Epistemologis. Jurnal Pedidikan, 3(2).
Lickona, T. (2019). Pendidikan karakter: Panduan lengkap mendidik siswa menjadi pintar & baik. Nusamedia.
Pasandaran, S. (2017). POLITIK PENDIDIKAN KARAKTER: Refleksi Praksis Pendidikan Karakter di Indonesia. Jurnal Civic Education: Media Kajian Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(2), 1. https://doi.org/10.36412/ce.v1i2.497
Suhaeny, S. (2020). FUNGSI KELUARGA, MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM PROSES PENDIDIKAN (TINJAUAN SOSIOLOGIS). ISLAMIKA, 11(1). https://doi.org/10.33592/islamika.v11i1.416
Sukiyat, H., & others. (2020). Strategi implementasi pendidikan karakter. Jakad Media Publishing.
Susilo, A. (2018). Sejarah Perjuangan Jenderal Soedirman Dalam Mempertahankan Indonesia (1945-1950). HISTORIA : Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 6(1), 57. https://doi.org/10.24127/hj.v6i1.1149

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *