Siang itu sekira pukul 14.30 Wita, Rombongan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) dalam komando Bupati Sirajudin Lasena, tiba di Desa Paku Selatan.
Kunjungan Bupati ke desa paling Selatan Kecamatan Bolangitang Barat itu serangkaian progam Government Care, yang digalakkan sejak Sirajudin, dilantik sebagai Penjabat Bupati Bolmut pada 25 September silam.
Secara bergantian dalam setiap pekan, masing-masing kecamatan mendapat giliran pelaksanaan Government Care.
Tujuannya untuk mendekatkan pelayanan, sehingga masyarakat tidak lagi ke Ibukota Kabupaten hanya sekedar mengurus KTP maupun permohonan izin usaha, atau kebutuhan dasar lainnya.
Selain itu, Pemkab Bolmut juga melihat dari dekat kondisi masyarakat. Bahkan upaya penanganan stunting pun menjadi agenda penting dalam Government Care.
Sehingga, setiap pelaksanaannya, Pemkab Bolmut melalui Satuan Kerja (Satker) terkait sudah menyiapkan paket bantuan makanan bergizi bagi balita yang terpapar stunting.
Tentunya, sebelum pelaksanaan, Satker terkait sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat terkait data, sehingga tepat sasaran.
Selasa (28/11/2023) sore, Rombongan Bupati berhenti di salah satu rumah milik warga Desa Paku Selatan.
Bupati didampingi oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan Bolmut Yulin Kohongia, bersama sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya.

Belakangan diketahui, rumah yang sedang dibangun oleh bantuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu milik Arifin Bano.
Saya tertarik berdiskusi dengan Arifin Bano. Dia mengaku mempunyai Lima orang anak, dan salah satu anaknya terpapar stunting.
Arifin, yang berusia 44 tahun itu berprofesi sebagai pedagang sayur pakis.
Menariknya Arifin, memasarkan sayur pakis itu sampai ke Provinsi Gorontalo.
“Dijual sampai Gorontalo, setiap hari,” tuturnya.
Berapa ya stok yang Arifin, harus distribusi ke Gorontalo?, ternyata jumlahnya tidak banyak.
“Rutin saya bawa ke Gorontalo 150 ikat,” ungkap Arifin.
Sayur pakis itu kemudian di distribusikannya kepada pengecer di pasar mingguan di Gorontalo dengan harga grosirnya 10 Ribu Rupiah per Tiga ikat.
Sehingga setiap harinya Arifin, sudah mempunyai pendapatan kotor sebesar 500 Ribu Rupiah.
“Dari omzet itu, saya dapat keuntungan bersih pada kisaran 150 sampai 190 ribu, setiap hari,” beber Arifin.
Ternyata Arifin mempunyai orang yang harus dia sewa untuk memetik sayur pakis tersebut, biasanya dia menyewa Empat orang secara bergantian.
“Satu ikat saya hargai 1.200 rupiah kepada pemetik, sehingga dalam 150 ikat, saya harus membayar 180 ribu rupiah, belum termasuk sewa ojek 50 ribu rupiah,” terangnya.
Sayur-sayur pakis itu diantar oleh pemetik di rumahnya, sehingga Arifin, sudah siap untuk memasarkan lagi ke Gorontalo.
Sebenarnya kata Arifin, dirinya bisa memetik sendiri sayur-sayur itu, tetapi dia tidak semata-mata menempatkan pemetik itu sebagai orang upahan, namun dia lebih melihat pada makna saling berbagi rezeki.
Sejumlah pasar yang menjadi langganannya di Gorontalo diantaranya Pasar Isimu, Pulubala, Bongomeme hingga pasar Suawa Kabupaten Bone Bolango.
“Saya mengantar menggunakan sepeda motor, ongkosnya rata-rata 80 ribu rupiah, sudah termasuk bensin,” tukas Arifin.
Arifin sendiri mempunyai Lima orang anak, anak tertua berusia 12 tahun dan sedang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah milik yayasan yang bertepatan berkedudukan di desa tersebut.
“Ini yang ping bungsu, umurnya sudah Tiga tahun, tapi masih begini, ini yang stunting,” tutup Arifin, sambil menjelaskan anak bungsunya yang dia gendong.
Arifin menggeluti usaha jualan sayur pakis dari Desa Paku Selatan ke Provinsi Gorontalo yang jaraknya ratusan kilo meter itu sejak setahun silam. (Rom)